
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta masih memiliki pekerjaan rumah perihal pemeliharaan server. Bak benang kusut yang belum terurai, kualitas server kampus bela negara ini belum menunjukkan peningkatan yang signifikan. Apalagi di perkuliahan daring sejak tahun 2020 memaksa kampus bela negara untuk beradaptasi dengan perubahan digitalisasi. Otomatis birokrasi harus bekerja lebih keras untuk meningkatkan kualitas server UPN. Sistem server pada telematika tentu mempengaruhi komponen akademik yang ada di dalamnya. Seperti E-Learning Spada Wimaya dan Computer Based Information System (CBIS).
Muncul gangguan ketika mengakses Spada Wimaya
Platform Spada Wimaya yang digunakan untuk kuliah daring seringkali mengalami kendala. Menurut survei perkuliahan online, sekitar 46,7 persen mahasiswa Program Studi Ilmu Komunikasi mengeluhkan akses Spada sewaktu perkuliahan berjalan dan dini hari. Padahal platform ini memiliki fungsi yang vital meskipun fitur yang digunakan belum cukup ideal dalam menjalani perkuliahan daring.
Ternyata, alasan dasar platform e-learning ini seringkali mengalami kendala dan gangguan ketika membuka yakni dari penentuan setiap kecepatan jaringan mahasiswa dengan kuota server dari telematika yang belum memenuhi untuk 10.000 mahasiswa di kampus. Sedangkan untuk mahasiswa sendiri hanya diberikan kuota akses 1.000 kali dalam satu waktu.
Hal ini ditegaskan oleh Arif Wibawa Kepala Program Studi Ilmu Komunikasi “kalau dari sistem Spada hanya diberikan 1.000 kali dalam satu waktu akses sehingga untuk yang jaringannya tidak terlalu bagus sering mengalami kendala dalam mengakses platform ini, hanya masalah jaringan saja sebetulnya.” ungkapnya ketika ditemui pada Selasa (10/8).
Kondisi ini juga dikatakan oleh Oliver selaku Penanggung Jawab Spada Wimaya sekaligus Dosen Fakultas Teknik Industri. Ia mengungkapkan ketika membuka Spada layaknya motor berjalan beriringan bus, truk dan mobil di jalan sempit, bertaruh dengan kecepatan internet yang dimiliki.
Tidak hanya mahasiswa yang mengeluhkan penggunaan Spada Wimaya, dari tenaga pendidik pun memiliki masalah dalam menggunakan platform ini. Seperti yang diungkapkan oleh Ida Wiendijarti Dosen Program Studi Hubungan Masyarakat ini mengaku fitur yang digunakan dalam Spada Wimaya ini belum ideal digunakan untuk berkuliah secara daring yang dibuktikan dengan fitur Big Blue Button (BBB) belum berfungsi secara maksimal untuk pertemuan secara daring sehingga mayoritas tenaga pendidik memilih menggunakan Google Meet dan Zoom.
Terlepas dari kekurangan fitur dan masalah yang dialami Spada Wimaya. Sebelum platform ini terbentuk, sebetulnya kampus sudah memiliki website e-learning bela negara dengan tampilan yang terbilang jauh dari kata kurang untuk menjalani perkuliahan daring.
Dalam menuntaskan kendala yang terjadi dalam platform ini harus dilakukan maintenance agar kecepatan dan kuota akses semakin baik. Akan tetapi, hal ini ditepis oleh Oliver mengingat kalender akademik kampus yang padat sehingga ia dan tim telematika mengaku cukup sulit dalam mencari waktu untuk memperbaiki platform tersebut. Meski begitu, Spada Wimaya ini sudah pernah mencoba maintenance di waktu jeda perkuliahan dengan Ujian Tengah Semester Genap 2020/2021 dalam waktu tiga hari pada 25-27 Juni 2021.
Sistem keamanan CBIS yang belum ‘aman’
Selain platform E-Learning Spada Wimaya, hal ini juga berimbas pada server keamanan CBIS. Sistem yang digunakan untuk input KRS dinilai cukup fatal apabila terjadi gangguan. Apalagi permasalahan ini selalu berulang setiap semesternya. Dimulai dengan pembukaan portal KRS yang tidak sesuai dengan jadwal hingga marak hilangnya mata kuliah setelah input jadwal dalam sistem.
Menurut riset, hampir 60 persen mahasiswa Program Studi Ilmu Komunikasi mengeluhkan bahwa pembukaan portal KRS tidak sesuai jadwal. Dalam riset tersebut, mereka juga mengungkapkan untuk sistem keamanan CBIS belum memadai sehingga seringkali terjadi hack sistem oleh beberapa oknum, seolah mengambil jalan pintas demi mendapatkan mata kuliah yang diinginkan. Sebetulnya kejadian ini sudah menemukan penyebabnya yakni penggunaan koding dalam menginput sistem untuk menembus setiap akun mahasiswa pada CBIS itu sendiri. Dan ketika seorang oknum ingin mengambil mata kuliah temannya hanya menginput nomor induk mahasiswa sudah bisa login pada akun tersebut.
Seperti pengakuan dari salah satu mahasiswa UPN yang tidak ingin disebut namanya, ia mengatakan untuk saat ini sedang maraknya jual beli koding di kalangan mahasiswa guna menembus portal KRS melalui CBIS. Ia juga mengungkapkan bahwa di jurusannya seringkali terjadi permasalahan ini ketika input KRS tiba, setiap input KRS tiba seperti kuda yang lepas dari kandangnya, siapa cepat dia dapat garis finish.
Hal ini yang membuat tiga pihak harus bekerja lebih keras, dari mahasiswa, Prodi, dan Fakultas untuk menghadapi masalah dalam proses input KRS. Ratna Puji selaku admin CBIS Fakultas mengaku cukup kewalahan menghadapi KRS semester ini “biasanya hanya memakan waktu dua sampai tiga hari saja untuk proses input KRS, namun saat ini memakan waktu lima hari hingga menjadi jadwal yang utuh” ujarnya ketika ditemui pada Kamis (5/8).
Arif Wibawa selaku Kepala Program Studi Ilmu Komunikasi juga menanggapi permasalahan ini terjadi karena sistem keamanan dari CBIS yang belum bisa membentengi permasalahan KRS. Namun untuk hal itu ia juga mengatakan bahwa sistem CBIS akan berganti menjadi BIMA yang harapannya dapat mengatasi masalah tersebut. Meskipun hingga saat ini masih dalam proses pengerjaan bidang telematika, untuk prosesnya sudah sampai pada pengintegrasian data setiap akun mahasiswa dari CBIS ke BIMA.
Sayangnya, pihak telematika masih enggan berkomentar mengenai isu tersebut, mereka seakan menutup telinga dengan permasalahan yang terjadi, padahal kami seringkali mencoba untuk menemui di ruang telematika sejak bulan Juli lalu. Namun hasilnya selalu nihil dan penanggung jawab server tidak menunjukkan batang hidungnya.
Akan tetapi, terhitung sejak akhir tahun 2020. kampus ini mulai mengintegrasikan sistem telematika menjadi data center yang bekerja sama dengan Telkom Indonesia. Seperti yang dikatakan oleh Markus Kusnardijanto selaku Kepala Sub Bagian Hubungan Masyarakat UPN “Veteran” Yogyakarta bahwa kampus sedang melaksanakan integrasi data telematika menjadi data center yang memakan waktu cukup lama, ketika ditemui pada Rabu (25/8). Meski belum terlihat secara nyata adanya peningkatan kualitas pada server.
Reporter : Advokasi HIMAKOM, Rizky Fabian
Editor : Advokasi HIMAKOM